Personal blog of Dedeng Iskandar. Blog yang berisi materi ngaji penulis dan lainnya yang relevan. Boleh tanya-tanya di kolom komentar, atau juga diskusi (no debat). Request, Saran, dan Kritik yang membangun bisa disampaikan di kolom komentar. Salam Satu Hati, Ngaji.

Wednesday, March 29, 2023

Niat Zakat Fitrah

1. NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK DIRI SENDIRI

نَوَيْتُ أَنْ اُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ نَفْسِيْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaytu an ukhrija zakaatal-fitri ‘an nafsi fardhan lillahi ta’ala

 

2. NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK DIRI SENDIRI DAN SELURUH KELUARGA (SUAMI, ISTRI DAN ANAK SEKALIGUS)

نَوَيْتُ أَنْ اُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِّيْ وَعَنْ جَمِيْعِ مَايَلْزِمُنِيْ نَفَقَاتُهُمْ شَرْعًا فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaytu an ukhrija zakaatal-fitri anni wa an jami’i ma yalzimuniy nafaqatuhum syar’an fardhan lillahi ta’ala

 

3. NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK ANAK PEREMPUAN

نَوَيْتُ أَنْ اُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ بِنْتِيْ ....... فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaytu an ukhrija zakaatal-fitri ‘an binti (……) fardhan lillahi ta’ala

 

4. NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK ANAK LAKI-LAKI

نَوَيْتُ أَنْ اُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ وَلَدِيْ ....... فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaytu an ukhrija zakaatal-fitri ‘an waladi (……) fardhan lillahi ta’ala

 

5. NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK ISTRI

نَوَيْتُ أَنْ اُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ زَوْجَتِيْ ....... فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaytu an ukhrija zakaatal-fitri ‘an zaujati (……) fardhan lillahi ta’ala

 

6. NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK ORANG YANG DIWAKILKAN

نَوَيْتُ أَنْ اُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ ....... فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaytu an ukhrija zakaatal-fitri ‘an (……) fardhan lillahi ta’ala

 

اَجَرَكَ اللهُ فِيْمَـا اَعْطَيْتَ وَبَارَكَ لَكَ فِيْمَـا اَبْقَيْتَ وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُوْرًا

 


Share:

Wednesday, March 22, 2023

Bab Puasa

 الدَّرْسُ الْعِشْرُوْنَ فِيْ الصِّيَامِ

Pelajaran kedua puluh tentang puasa


Puasa (الصَّوْمُ)


الصَّوْمُ هُوَ الْإِمْسَاكُ عَنِ الْمُفَطِّرَاتِ جَمِيْعَ النَّهَارِ بِنِيَّةٍ.

Puasa adalah menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa disiang hari dengan niat.


Waktu wajibnya puasa (وُجُوْبُ الصَّوْمِ)


يَجِبُ صَوْمُ رَمَضَانَ بِاسْتِكْمَالِ شَعْبَانَ ثَلَاثِيْنَ يَوْمًا أَوْ بِرُؤْيَةِ الْهِلَالِ لَيْلَةَ الثَّلَاثِيْنَ.

Waktu wajib untuk berpuasa Ramadhan adalah dengan sempurna nya bilangan hari pada bulan Sya’ban 30 hari atau dengan melihat hilal pada malam ke 30 bulan Sya’ban.


Syarat sah nya puasa (شُرُوْطُ صِحَّةِ الصَّوْمِ)


شُرُوْطُ صِحَّةِ الصَّوْمِ خَمْسَةٌ : الْإِسْلَامُ وَالْعَقْلُ وَالنَّقَاءُ عَنِ الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ وَالنِّيَّةُ لَيْلًا اِنْ كَانَ صَوْمُ فَرْضًا وَالْإِمْسَاكُ عَنِ الْمُفَطِّرَاتِ جَمِيْعَ النَّهَارِ.

Syarat sah puasa itu ada lima : Islam, berakal, suci dari haidh dan nifas,niat dimalam hari jika puasa wajib, dan menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa disiang hari.


Syarat wajib puasa Ramadhan (شُرُوْطُ وُجُوْبِ صَوْمِ رَمَضَانَ)


شُرُوْطُ وُجُوْبِ صَوْمِ رَمَضَانَ أَرْبَعَةٌ : الْإِسْلَامُ وَالْعَقْلُ وَالْبُلُوْغُ وَالْقُدْرَةُ عَلَى الصَّوْمِ, وَيَجِبُ اَنْ يُؤْمَرَ الصَّبِيُّ بِهِ إِذَا بَلَغَ عُمْرُهُ سَبْعَ سِنِيْنَ وَيُضْرَبُ عَلَى تَرْكِهِ إِذَا بَلَغَ عُمْرُهُ عَشْرَ سِنِيْنَ لِيَتَمَرَّنَ عَلَى الصَّوْمِ.

Syarat wajib puasa Ramadhan itu ada 4 : Islam, Berakal, Baligh, dan mampu berpuasa. Dan wajib memerintahkan kepada anak untuk berpuasa apabila telah mencapai usia 7 tahun dan disunnahkan memukulnya jika meninggalkan puasa apabila si anak telah mencapai usia 10 tahun guna melatihnya untuk berpuasa setelah baligh.


Orang yang dibolehkan berbuka (الَّذِيْ يَجُوْزُ لَهُ الْفِطْرُ)


يَجُوْزُ الْفِطْرُ لِلْمُسَافِرِ إِذَا كَانَ سَفَرُهُ طَوِيْلًا مُبَاحًا, وَلِلْمَرِيْضِ إِذَا خَافَ الضَّرَرَو وَلِلْحَامِلِ وَالْمُرْضِعِ إِذَا خَافَتَا عَلَى أَنْفُسِهَمَا أَوْ عَلَى الْوَلَدِ وَيَجِبُ عَلَيْهِمُ الْقَضَاءُ.

Dibolehkan berbuka puasa bagi musafir yang melakukan perjalanan jauh yang mubah, dan orang yang sakit apabila dikhawatirkan dapat memperparah sakitnya, dan juga ibu yang hamil dan menyusui apabila keduanya khawatir terhadap dirinya atau anaknya serta tetap wajib untuk mengqodho puasanya.


Hal-hal yang membatalkan puasa (الْمُفَطِّرَاتُ)


الْمُفَطِّرَاتُ هِيَ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ : الْأَوَّلُ التَّقَّيُّؤُ عَمْدًا, وَالثَّانِيْ الْوَطْءُ, وَالثَّالِثُ إِخْرَاجُ الْمَنِيِّ, وَالرَّابِعُ وُصُوْلُ عَيْنٍ إِلَى الْجَوْفِ مِنْ مَنْفَذٍ مَفْتُوْحٍ.

Hal-hal yang membatalkan puasa ada 4 : Pertama, muntah dengan sengaja. Kedua, berhubungan badan. Ketiga, mengeluarkan mani. Dan keempat masuknya sesuatu lewat rongga makanan.


Perkara yang disunnahkan saat berpuasa (سُنَنُ الصَّوْمِ)


سُنَنُ الصَّوْمِ هِيَ تَعْجِيْلُ الْفِطْرِ،وَالْفِطْرُ عَلَى تَمْرٍ فَإِنْ يَجِدْ تَمْرًا فَبِالْمَاءِ، وَتَأْخِيْرُ السَّحُوْرِ، وَالْإِكْثَارُ مِنْ تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ، وَتَرْكُ الْكَلَامِ الْفَاحِشِ كَالكَاذِبِ وَالْغِيْبَةِ، وَالْإِكْثَارُ مِنَ الصَّدَقَةِ، وَتَرْكُ اسْتِعْمَالِ الطِّبِّ وَتَرْكُ الاِكْتِحَالِ.

Diantara hal yang disunnahkan saat berpuasa adalah menyegerakan berbuka puasa, berbuka dengan kurma, apabila tidak ada kurma maka berbuka dengan segelas air putih, mengakhirkan makan sahur, memperbanyak membaca Al Quran, menjauhi perkataan yang buruk seperti dusta dan ghibah, memperbanyak shodaqoh, dan tidak menggunakan wewangian serta celak mata.


Hari-hari yang diharamkan berpuasa (الْأَيَّامُ الَّتِيْ يَحْرُمُ فَيْهَا صَوْمُهَا)


يَحْرُمُ صَوْمُ عِيْدِ الْفِطْرِ وَعِيْدِ الْأَضْحَى وَالْأَيَّامِ الثَّلَاثَةِ الَّتِيْ بَعْدَهُ وَهِيَ أَيَّامُ التَّشْرِيْقِ وَيَوْمِ الشَّكِّ وَالنِّصْفِ الثَّانِيْ مِنْ شَعْبَانَ إِلَّا اَنْ يَصِلَهُ بِمَا قَبْلَهُ.

Diharamkan berpuasa saat Idul Fitrhi (lebaran), Idul Adha (hari raya qurban), dan 3 hari tasyrik (11,12,13 Dzulhijjah), dan hari syak[1], dan pada 15 hari terakhir bulan syaban kecuali dengan menyambung puasa setelahnya atau sebelumnya.


Hari-hari yang disunnahkan berpuasa (الْأَيَّامُ الَّتِيْ يُسَنُّ صَوْمُهَا)


يُسَنُّ صَوْمُ يَوْمِ الْإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ مِنْ كُلِّ أُسْبوْعٍ وَأَيَّامِ الْبِيْضِ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَهِيَ الثَّالِثَ عَشَرَ وَالرَّابِعَ عَشَرَ وَالْخَامِسَ عَشَرَ وَسِتَّةِ أَيَّامٍ مِنَ شَوَّالٍ وَيَوْمِ عَرَفَةَ وَيَوْمِ عَاشُوْرَاءِ مِنْ كُلِّ سَنَةٍ.

Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis dari setiap pekannya, begitu juga hari ayyamul bidh dari setiap bulannya yaitu tanggal 13,14,15 bulan Hijriyah, dan 6 hari setelah tanggal 1 syawwal, hari Arafah, dan hari Asyuro (10 Muharram) dari setiap tahunnya.


[1] Hari terakhir di bulan Syaban.

Share:

Monday, March 13, 2023

Niat Puasa Romadhon

  *Bacaan Niat Puasa Romadhon Sebulan Penuh*

Untuk berjaga-jaga agar puasa tetap sah ketika suatu saat lupa niat, sebaiknya pada hari pertama bulan ramadhan berniat taqlid (mengikuti) pada imam malik yang memperbolehkan niat puasa ramadhan hanya pada permulaan saja.


Lafadz niatnya sebagai berikut :


نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْاِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلّهِ تَعَالى


Nawaitu Shouma Jami'i Syahri Romadhoni Hadhihis Sanati Taqliidan Lil Imami Malikin Fardhol Lillahi Ta'ala.

Aku niat berpuasa di sepanjang Bulan Romadhon tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Alloh.

Dengan adanya cara tersebut bukan berarti membuat kita tidak perlu lagi niat di setiap hari, tapi cukup hanya sebagai jalan keluar ketika benar-benar lupa.


Karna dikhawatirkan dalam 1 bulan kadang lupa tidak membaca niat. Niat puasa satu bulan penuh adalah berdasarkan Taqlid (mengikuti pendapat) madzhab Imam Malik, dan disini melalui perantara Ashab (Ulama Madzhab Imam Syafe'i) yaitu imam Ibnu hajar Al haetamiy.



*Bacaan Niat Puasa Romadhan Harian*

نـَوَيْتُ صَوْمَ غـَدٍ عَـنْ اَدَاءِ فـَرْضِ شـَهْرِ رَمـَضَانِ هـَذِهِ السَّـنـَةِ لِلـّٰهِ تـَعَالٰى


Nawaitu Shouma Ghodin ‘An-ada-i Fardhi Syahri Ramadhani Hadzihis Sanati Lillahi Ta’ala.

“Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa pada bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala”.


Kenapa Harus Niatnya Pakai Lafadz رَمَضاَنِ (Romadoni)

يقرأ رمضان بالجر بالكسرة لكونه مضافا إلى ما بعده وهو إسم الإشارة

Romadhoni (ni) dibaca jer KASROH karena keadaannya menjadi mudhof kepada kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh. Karna di idofatkan pada kalimat akhir lafadz hadzihi sanati.

(Kitab I’anatu at-Tholibin, juz 2/253)


رمضان من غير تعيـين

Kewajiban dalam niat adalah ta'yin, sehingga dengan demikian perlu ada kata pembatas yakni hadzihi sanati yang dimudhofkan dengan lafadz romadhon menjadi Romadoni. Dengan jer kasroh.

(Kitab Kasifatusaja hal 7)


*Kajian Irob Lafadz Ramadhan dari Niat Puasa Menurut Nahwu*


Membacakan niat puasa tersebut terdapat lafadz Romadhon yang dalam bahasa ini biasanya orang bermacam-macam dalam membaca harokat akhir dari kalimah tersebut, ada yang Romadhona ada pula yang Romadhoni. Meskipun masalah ini tidaklah merubah dari konsekuensi niat puasa tersebut.


Tetapi jika ditinjau secara ilmu nahwu itu rasanya kurang pas dan kurang tepat apabila terdapat harokat dalam hurup akhir tidak sesuai dengan kaidah ilmu nahwu. Karena bersumber pada keterangan “In Tagoyyurolladzi Tagoyyurol Ma’na” Artinya jika harkat lafadznya berubah maka artinya pun berubah.


Dalam masalah seperti ini tentu sangat di butuhkan kajian ilmu nahwu secara seksama untuk memberikan kepastian dalam membaca lafadz romadhon tersebut sesuai dengan ketentuannya. Untuk jawabannya berikut kutipan dari keterangan dari ustadz terkemuka yang bersumber pada salah satu dalil yang ada pada kitab nahwu tersebut.


Lafadz Romadhon adalah isim ghoiru munshorif (karena isim alam yang ada tambahan alif dan nun), yang apabila majrur maka alamatnya dengan FATHAH, namun apabila menjadi mudhof atau kemasukan Alif-Lam (AL) maka majrurnya isim ghoiru munshorif menggunakan KASROH menjadi ROMADHONI (ni) bukan na.


Imam Ibnu Malik di dalam bait alfiyahnya berkata :

وَجُرَّ بِالْفَتْحَةِ مَالاَ يَنْصَرِفْ * مَالَمْ يُضَفْ أَوْيَكُ بَعْدَ أَلْ رَدِفْ

“Dan dijerkan dengan FATHAH terhadap isim yang tidak menerima tanwin, selama tidak dimudhofkan atau berada setelah AL yang mengiringinya.”


Dan karena niat puasa yang dikenal di Indonesia dan Malaysia di akhiri oleh lafadz HADHIHI AS-SANATI (ti), maka hal ini menunjukkan bahwa ROMADHON menjadi mudhof yang harus dibaca jer dengan kasroh menjadi ROMADHONI (ni), bukan na

Sehingga niat puasa Romadhon kalau diucapkan menjadi

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّه تَعَالَى

“Nawaitu Shouma Ghodin ‘An Adaa-i Fardhi Syahri Romadhooni Hadhihis-Sanati Lillaahi Ta’ala”


Lafadz Romadlon kalau tidak diidlofahkan (dibaca jer dengan kasroh) maka maknanya fasid, karena niat hanya butuh (dzorf) waktu sekejap pada malam dia niat, bukan setahun. Di dalam Kitab I’anatu at-Tholibin, juz 2/253, dijelaskan :

يقرأ رمضان بالجر بالكسرة لكونه مضافا إلى ما بعده وهو إسم الإشارة

Romadhoni (ni) dibaca jer dengan KASROH karena keadaannya menjadi mudhof kepada kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh.


Dan niat puasa tetap SAH walaupun salah i’rob di dalamnya, karena letak niat itu di dalam hati. Namun apabila niat diucapkan, maka hendaknya tidak salah dalam i’rob.


Kitab I’anah Thalibin

(قوله: نويت إلـخ) خبر عن أكملها: أي أكملها هذا اللفظ. (قوله: صوم غد) هو الـيوم الذي يـلـي اللـيـلة التـي نوى فـيها. (قوله: عن أداء فرض رمضان) قال فـي النهاية: يغنـي عن ذكر الأداء أن يقول عن هذا الرمضان. اهــــ. (قوله: بـالـجرّ لإِضافته لـما بعده) أي يقرأ رمضان بـالـجرّ بـالكسرة، لكونه مضافاً إلـى ما بعده، وهو اسم الإِشارة. قال فـي التـحفة: واحتـيج لإِضافة رمضان إلـى ما بعده لأن قطعه عنها يصير هذه السنة مـحتـملاً لكونه ظرفاً لنويت، فلا يبقـى له معنى، فتأمله، فإنه مـما يخفـى. اهــــ. ووجهه: أن النـية زمنها يسير، فلا معنى لـجعل هذه السنة ظرفاً لها. (قوله: هذه السنة).


(إن قلت) : إن ذكر الأداء يغنـي عنه. (قلت) لا يغنـي، لأن الأداء يطلق علـى مطلق الفعل، فـيصدق بصوم غير هذه السنة


وعبـارة النهاية: واحتـيج لذكره ــــ أي الأداء ــــ مع هذه السنة، وإن اتـحد مـحترزهما، إذ فرض غير هذه السنة لا يكون إلا قضاء، لأن لفظ الأداء يطلق ويراد به الفعل. اهــــ.


وفـي البرماوي: ويسن أن يزيد: إيـماناً واحتساباً لوجه الله الكريـم عزّ وجلّ. اهــــ.


Fokus :

أي يقرأ رمضان بـالـجرّ بـالكسرة، لكونه مضافاً إلـى ما بعده، وهو اسم الإِشارة

Romadhoni dibaca jer dengan tanda kasroh, karena dimudhofkan pada lafadz setelahnya yaitu isim isyaroh (hadzihi) dan adapun Isim ghoiru munsharif itu tidak ditanwin dan tidak dikasroh karena punya illat yang menyebabkan sifat keisimannya lemah, lebih cenderung mirip fi’il. Namun isim ghoiru munshorif ketika dimudhofkan maka sifat keisimannya menjadi kuat, sehingga tanda jer nya pakai kasroh.


Kitab kasyifatussaja hal. 7

(تنبـيه) اعلم أن رمضان غير منصرف للعلمية إلا إن كان المراد به كل رمضان من غير تعيـين وإذا أريد به ذلك صرف لأنه نكرة، وبقاء الألف والنون الزائدتين لا يقتضي منعه من الصرف كما قال الشرقاوي


(قَوْلُهُ : بِإِضَافَةِ رَمَضَانَ) أَيْ لِمَا بَعْدَهُ فَنُونُهُ مَكْسُورَةٌ ؛ لِأَنَّهُ مَخْفُوضٌ وَإِنَّمَا اُحْتِيجَ لِإِضَافَتِهِ إلَى مَا بَعْدَهُ ؛ لِأَنَّ قَطْعَهُ عَنْهَا يُصَيِّرُ هَذِهِ السَّنَةَ مُحْتَمَلًا لِكَوْنِهِ ظَرْفًا لِقَوْلِهِ : أَنْ يَنْوِيَ وَلَا مَعْنَى لَهُ ؛ لِأَنَّ النِّيَّةَ زَمَنُهَا يَسِيرٌ ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ : إنْ جَرَرْت رَمَضَانَ بِالْكَسْرِ جَرَرْت السَّنَةَ وَإِنْ جَرَرْته بِالْفَتْحِ نَصَبْت السَّنَةَ وَحِينَئِذٍ فَنَصْبُهَا عَلَى الْقَطْعِ ، وَعَلَيْهِ فَفِي إضَافَةِ رَمَضَانَ إلَى مَا بَعْدَهُ نَظَرٌ ؛ لِأَنَّ الْعَلَمَ لَا يُضَافُ فَلْيُتَأَمَّلْ ا هـ


I’rob Lafadz Niat Puasa Romadhon :

نويتُ صومَ غدٍ عن أداءِ فرضِ شهرِ رمضانِ هذه السنةِ لله تعالى نويتُ : فعل وفاعل؛ صومَ : مفعول به منصوب، وعلامة نصبه فتحة؛ غدٍ : مضاف إليه مجرور، وعلامة جره كسرة؛ عن : حرف جر مبني على السكون؛ أداء : مجرور بِعَنْ، وعلامة جره كسرة، وهو مضاف لما بعده؛ فرض : مضاف إليه مجرور، وعلامة جره كسرة، وهو مضاف أيضا لما بعده؛ شهر : مضاف إليه مجرور، وعلامة جره كسرة، وهو مضاف أيضا لما بعده؛ رمضان : مضاف إليه مجرور، وعلامة جره كسرة، وهو مضاف أيضا لما بعده؛ هذه : اسم إشارة مبني في محل جر بالإضافة، وعامل جر المضاف إليه: قيل المضاف، وقيل الإضافة، وقيل حرف الجر المحذوف، وقيل غير ذلك؛ السنة : مشار إليه لاسم الإشارة (هذه) فهو بدل أو عطف بيان له، مجرور، وعلامة جره كسرة


Kitab Nihayatuz Zain dan Albaijuri

نويت صوم غد عن اداء فرض رمضان هذه السنة لله تعالى ايمانا و احتسابا باضافة رمضان الى ما بعده لتتميزعن اضدادها و يغنى عن ذكر الاداء ان يقول عن هذا الرمضان و احتيج لذكره مع هذه السنة و ان اتحد محترزهما اذ فرض غير هذه السنة لا يكون الا قضاء لان لفظ الاداء يطلق و يراد به الفعل كذا قاله الرملى نهاية الزين ١٨٦


قوله : رمضان هذه السنة ) باضافة رمضان الى اسم الاشارة لتكون الاضافة معينة لكونه رمضان هذه السنة البيجورى ١/٤٣٠


Kesimpulannnya

Lafadz Romadhon adalah isim ghoir munshorif (dengan illat ‘alam + nun) dan merupakan isim ma’rifat bila yang dimaksud adalah bulan romadhon pada tahun tertentu, namun merupakan isim nakiroh bila dimaksudkan semua bulan romadhon yang ada pada semua tahun, seperti penjelasan dalam kitab kasyifatus sajaa’.

Kewajiban dalam niat adalah ta’yin, sehingga dengan demikian perlu ada kata pembatas yakni hadzihi sanati yang dimudhofkan dengan lafadz romadhon dengan faedah tamyiz (pembeda).

Dalam bait alfiah di atas juga dijelaskan isim ghoir munshorif jika menjadi mudhof maka tanda jernya dengan kasroh.

Tidak ada konsekwensi (niatnya tetap sah) ketika dibaca romadhona atau romadhoni, kecuali si pengucap bisa dikatagorikan kurang fasih karena tidak bisa mendatangkan lafad sesuai makna yang dikehendaki… (nulayani ilmu ma’ani).

Wallohu A’lamu Bishowaab

Semoga Bermanfaat.



© Bacaan Niat Puasa Romadhon Harian dan 1 Bulan Penuh Lengkap Arab Latin dan Artinya - HOUSE SHINE

Sumber: https://www.house-shines.com/2019/09/bacaan-niat-puasa-ramadhan-lengkap-arab.html

Share:

Visitors