Personal blog of Dedeng Iskandar. Blog yang berisi materi ngaji penulis dan lainnya yang relevan. Boleh tanya-tanya di kolom komentar, atau juga diskusi (no debat). Request, Saran, dan Kritik yang membangun bisa disampaikan di kolom komentar. Salam Satu Hati, Ngaji.

Saturday, January 30, 2021

Jangan Menjauhi Ulama - Khutbah Jum'at 29 Januari 2021 - Masjid Al Ma'muriah

Jangan Menjauhi Ulama

Baginda Rasulullah SAW bersabda:

ﺳﻴﺎٔﺗﻲ ﺯﻣﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺍٔﻣﺘﻲ ﻳﻔﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻭﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ،ﻓﻴﺒﺘﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺜﻼﺙ ﺑﻠﻴﺎﺕ ﺍٔﻭﻻﻫﺎ ﻳﺮﻓﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺒﺮﻛﺔ ﻣﻦ ﻛﺴﺒﻬﻢ
ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻳﺴﻠّﻂ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺳﻠﻄﺎﻧﺎ ﻇﺎﻟﻤﺎ ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﻳﺨﺮﺟﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺑﻐﻴﺮ ﺍٕﻳﻤﺎﻥ

“Akan datang satu masa dimana umatku akan lari (berpisah) dari ulama dan ahli fikih; maka Allah akan memberikan dan menurunkan tiga bencana:

1. Allah akan mengangkat barokah dari usaha mereka,

2. Allah akan turunkan pemimpin yang zhalim,

3. Allah akan keluarkan dari dunia dengan tanpa bekal Iman.


Note :

Ulama disini, sejauh yang saya pahami dalam beberapa referensi dan yang termaktub di dalam kandungan kitab Nashoihul ‘Ibad adalah mereka, yaitu hamba Allah yang ‘Alim di dalam ilmu agama, menjaga muru’ah, dan memiliki sanad ilmu yang jelas.

Sanad keilmuan itu dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuannya serta istiqomah di dalam amaliah keagamaannya. Sederhana kehidupannya, bahkan zuhud dan wara’ sifatnya. Itulah yang dinamakan Waratsatul Anbiyaa, pewaris para Nabi.

Sebagai pewaris Nabi, maka sudah sepantasnya dan sepatutnya ulama itu menjaga segala apa yang dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi. Apa saja, baik kehidupan rumah tangga, kehidupan bertetangga, amaliah muamalahnya, bahkan sampai pada sikap bermasyarakat dan bernegara (berpolitik), juga harus mencontoh Nabi. Itulah ulama yang sesungguhnya. Bukan abal-abal, apalagi karbitan, atau juga karena sering mimpin tahlil dipanggil ustadz/ulama petantang petenteng pamer2 diri saya mah ustadz bagiannya banyakan tempatnya laenin kudu dihormatin kudu didulu-duluin, karena yang seperti inilah ulama su' yang menyebabkan banyaknya pejabat/pemimpin rusak hingga umat/rakyat rusak. Dalam kitab Ihya’ Ulumid Din Imam al-Ghazali sejak lama sudah menyatakan bahwa biang kerusakan itu ada dua: penguasa dan para ulama. Dalam kitab yang sama Imam al-Ghazali pun menyatakan, “Kerusakan rakyat itu karena kerusakan penguasa. Rusaknya penguasa itu karena rusaknya para ulama. Rusaknya para ulama itu karena kecintaan pada harta dan kedudukan. Siapa saja yang terpedaya oleh kecintaan terhadap dunia tidak akan kuasa mengawasi hal-hal kecil. Lalu bagaimana pula dia hendak melakukan pengawasan terhadap penguasa dan perkara besar?” (Al-Ghazali, Al-Ihyâ’, 2/357).
 
Lalu, apakah ulama harus kiai yang memangku pondok pesantren? Menurut saya, Ulama itu tidak harus memangku pondok pesantren, karena yang dijadikan ukuran adalah keilmuan agamanya, kealimannya, kesederhanaannya, muru’ah (perilakunya), zuhudnya dan lain-lain.

Ulama yang seperti ini yang harusnya menjadi panutan umat. Menjadi rujukan dan teladan bagi Ummat. Tidak dilihat dari pakaiannya, glamornya, borjunya. Ulama juga tidak Mengedepankan ego pribadi daripada masyarakat dan umat. Kalau ada yang mengaku ulama tapi mementingkan ego pribadi maka jelas tidak sesuai dengan definisi ulama yang dimaksud di dalam tulisan ini.

Maka, jangan sampai kita menjauhi ulama, karena ulama itu pewaris para Nabi. Pewaris sifat-sifat Nabi, akhlak Nabi, kesederhanaan, keikhlasan, serta seluruh apa saja yang melekat kepada kepribadian dan kehidupan para Nabi, itulah inti dari “al Ulama Waratsatul Anbiyaa” (ulama adalah pewaris para Nabi).
Share:

Tergesa-gesa yang Diperbolehkan - Khutbah Jum'at 22 Januari 2021 - Masjid Al Ma'muriah Jatiasih Kota Bekasi

Tergesa-gesa yang Diperbolehkan

Ternyata, ada lima hal yang boleh dilakukan dengan keadaan tergesa-gesa, yaitu sebagaimana riwayat yang disandarkan pada al-Imam Hatim al-Ashom (wafat tahun: 237 H)

قال الحاتم الاعصم : ” كان العجلة من الشيطان إلا في خمسة اطعام الطعام اذا حضر الضيف و تجهيز الميت اذا مات وتزويج البكر اذا ادركت وقضاء الدين اذا وجب و التوبة من الذنب اذا اذنب”

Ada 5 (lima) perbuatan yang boleh dilakukan dengan keadaan tergesa-gesa, yaitu:
1. Menyajikan makanan untuk tamu.
2. Mengurus Jenazah/ Mayyit.
3. Menikahkan anak gadis ketika sudah ada jodohnya.
4. Melunasi hutang ketika sudah jatuh tempo.
5. Segera bertaubat jika berbuat dosa.
Share:

Visitors